Beranda | Artikel
Cara Mempertahankan Hubungan Rumah Tangga: Tidak Ada Yang Sempurna
Selasa, 5 November 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Kholid Syamhudi

Cara Mempertahankan Hubungan Rumah Tangga: Tidak Ada Yang Sempurna adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Fiqhul Usrah (Fiqih Keluarga). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. pada hari Sabtu, 29 Dzul Qa’idah 1439 H / 11 Agustus 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Membina Rumah Tangga Dalam Ketaqwaan

Kajian Ilmiah Tentang Cara Mempertahankan Hubungan Rumah Tangga: Tidak Ada Yang Sempurna

Semua manusia, semua kaum muslimin yang membaca Al-Qur’an, akan punya harapan membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang sekarang banyak disingkat dengan “keluarga samara”.  Ini diantara tujuan pernikahan dan menjadi tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ

Bahwa diantara tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Allah ciptakan dari diri kalian sendiri para istri/pasangan-pasangan yang dengannya Allah berikan kepada kita sakinah (ketenangan) dan Allah berikan juga rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya.

Ini semua tentu dicapai dengan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan iman dan taqwa sebagai dasar pondasi sebuah rumah tangga ini akan dapat tercapai. Namun perlu diketahui bahwa tidak ada yang sempurna pada diri manusia. Tidak ada manusia yang sempurna. Sehingga seorang yang ingin membina rumah tangga harus menghadirkan pengetahuan ini, harus memiliki keyakinan ini bahwasanya tidak ada yang sempurna pada diri manusia. Istri kita tidak sempurna, kita pun tidak sempurna.

Harapannya, dengan kita menyadari ketidaksempurnaan kita, kita nanti akan bisa memaafkan kekurangan pasangan kita. Dengan kita mengetahui kekurangan yang kita miliki, kita tidak sempurna, maka kita akan berusaha untuk tidak meminta yang sempurna. Demikian juga dengan keyakinan ini semua kita nanti mampu untuk saling melengkapi kekurangan yang kita miliki. Sehingga akan ada disana sifat saling mengalah untuk kebahagiaan rumah tangganya, akan muncul disana saling memaafkan kesalahan yang ada, dan disana akan ada saling pengertian di antara pasangan suami istri yang ini menjadi sebab rasa tenang, rasa cinta dan kasih sayang.

Menumbuhkan Rasa Cinta

Perlu diketahui -sebagaimana disampaikan oleh para ulama Rahimahullahu Ta’ala- bahwa manusia itu banyak membangun cintanya diatas maslahat dan mafsadat. Akan tumbuh cinta bila manusia merasakan bahwa kebutuhan ia, kemaslahatan dia ada pada pasangannya tersebut. Dan akan cinta juga kalau seseorang menganggap dan mempunyai keyakinan bahwasanya mudzarat yang akan dia dapatkan akan hilang bila bersama dengan pasangannya tersebut. Sehingga ia mampu mencintainya.

Oleh karena itu kita lihat dalam Al-Qur’an, Allah banyak menyampaikan perintah ibadah dan Allah sampaikan nikmat-nikmatNya yang itu merupakan kemaslahatan bagi manusia. Contohnya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ

Wahai manusia, beribadah kepada Rabb kalian.” Perintah untuk beribadah kepada manusia semuanya.

الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ

Yang menciptakan kalian dan menciptakan orang sebelum kalian.” Dan penciptaan ini adalah maslahat bagi manusia. Bahkan maslahat terbesar. Artinya kalau Allah tidak menciptakan, tidak menjadi manusia. Demikian juga Allah tambah setelahnya:

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Agar kita bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Baru yang menciptakan langit dan bumi, yang menurunkan hujan, Allah sampaikan semuanya pada manusia agar manusia tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Nah, sebuah rumah tangga yang dibangun diatas taqwa dan iman kemudian ada saling butuh antara pasangan suami istri itu, sang istri membutuhkan suaminya, suaminya butuh kepada istrinya, maka akan terjalin di sana rasa tenang, merasakan itu semuanya dan juga akan merasakan adanya rasa cinta dan kasih sayang.

Potret Rumah Tangga Nabi

Kita lihat profil wanita shalihah -yang kita sepakati bersama- yaitu Khadijah binti Khuwailid, istri pertamanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wanita shalihah yang dibangun dengan iman dan taqwa. Bagaimana beliau mampu menjadi istri yang mendukung perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Kekurangan beliau ditutupi oleh kelebihannya Khadijah. Sehingga terbangunlah dalam rumah tangga beliau sebuah kebahagiaan, sebuah kesempurnaan rumah tangga yang membuat ‘Aisyah iri dengan Khadijah.

Bagaimana pengaruhnya Khadijah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Karena disana didapatkan kehidupan beliau berdua adalah kehidupan yang sangat indah sejak mereka menikah sampai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapatkan wahyu, sampai beliau berjuang di awal dakwah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang penuh dengan rintangan, hadangan, pengorbanan, Khadijah bersama beliau menyempurnakan yang tidak ada pada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sehingga ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat wahyu di Gua Hiro, bertemu Malaikat Jibril yang mengatakan,” Iqra’ (bacalah)” sampai akhir kisah. Disampaikan beliau pulang dalam keadaan takut.

Apa yang dibuat oleh istri yang shalihah ini?

Maka beliau ketika mengatakan, “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Maka beliau selimuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengatakan, “Allah tidak akan pernah membuat engkau hina, wahai Muhammad.”

Sang wanita ini menghibur Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menguatkan hatinya bahwa itu bukanlah sesuatu yang menghinakan dan merendahkannya. Tidak mungkin orang seperti engkau wahai suamiku akan Allah hinakan seperti itu.

Kemudian tidak berhenti hanya menghibur. Beliau bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Waraqah bin Naufal yang masih familinya Khadijah bintu Khuwailid. Dan disampaikan kisahnya kepada Waraqah bin Naufal.  Waraqah bin Naufal memberikan jawaban yang menguatkan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Lihat bagaimana seorang istri mampu untuk menutupi hal-hal yang dibutuhkan oleh suaminya. Dan istri pun membutuhkan apa yang ada pada suaminya sehingga mereka hidup dengan sebuah kebahagiaan, ada ketenangan, ada cinta dan kasih sayang disana.

Wanita Pakaian Bagi Laki-Laki dan Sebaliknya

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai menggambarkan hubungan antara suami istri dengan ungkapan:

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ

Sang wanita itu adalah pakaian bagi laki-laki dan laki-laki pakaian bagi sang wanita.” (QS. Al-Baqarah[2]:187)

Mereka (para istri) adalah pakaian yang engkau wahai para suami dan demikian juga para suami adalah pakaian bagi sang istri. Sebuah ungkapan yang cukup indah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menggambarkan bahwa hubungan suami istri bukan hanya sekedar satu atap, bukan sekedar hanya bertemu melepaskan kebutuhan semata. Namun jauh dari itu adanya saling melengkapi di antara mereka. Sehingga kekurangan yang ada bisa saling melengkapi dengan kelebihan yang ada pada satu dari yang lainnya.

Kita ketahui bahwa manusia itu ada kelebihan dan kekurangannya. Bila ini bisa diwujudkan dalam kehidupan yang nyata, akan muncul kebahagiaan itu, akan muncul sebuah rumah tangga yang kuat, yang kokoh, yang nanti bisa melahirkan anak-anak yang kokoh, yang kuat, yang bisa menjadi pejuang-pejuang untuk agama dan kaum muslimin.

Ungkapan, “هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ” Menggabarkan bagaimana dekatnya pasangan suami istri.

Bagaimana baiknya komunikasi antara keduanya?

Kalau kita lihat dan kita cerana sedikit saja, kalau kita punya pakaian yang kekecilan atau kebesaran, maka akan muncul ketidaknyamanan dalam tubuh kita. Bahkan kalau jahitannya tidak rapih, itu bisa membuat kita tidak nyaman mengenakan pakaian kita.

Bisa bayangkan bila sebuah rumah tangga yang kata Allah Subhanahu wa Ta’ala “هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ” kemudian tidak mau tahu satu dengan yang lainnya. Sang baju tidak mau tahu ukuran badan kita atau badan kita yang tidak mau tahu ukuran baju yang kita miliki. Maka akan didapatkan ketidaknyamanan di sana. Semakin besar ketidaktahuan dan ketidakmautahuan antara pasangan suami istri, akan semakin membuat orang akan lepas bajunya dan membuang bajunya tersebut.

Maka sebuah rumah tangga akan baik bila suami marah, maka istrinya diam, sabar, walaupun sakitnya di hati tapi sabar. Demikian juga ketika istri sedang emosi, maka suami bersabar. Maka akan muncul di sana keserasian.

Tidak Ada Manusia Yang Sempurna

Oleh karena itu ingatlah wahai kaum muslimin, para pemirsa Rodja TV dan juga Radio Rodja bahwasanya manusia tidak memiliki kesempurnaan. Yang namanya tidak sempurna, pasti akan ada masalah. Dan bila ada masalah, segera diselesaikan agar tidak menjadi bencana. Pengetahuan dan keyakinan kita akan ketidaksempurnaan kita akan membuat kita semakin rendah hati dan semakin mampu untuk memahami keadaan pasangan kita. Dan kemudian mencari solusi. Kalau bisa diselesaikan berdua, maka selesaikan berdua. Bila tidak mampu, maka cari orang ahli yang lebih pintar dari kita untuk menyelesaikan masalah kita.

Oleh karena itu, ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Dari sini kita pun harus bisa memaafkan kesalahan pasangan kita dan tidak mengorek-ngorek kesalahannya yang sudah ada. Karena semakin diungkit-ungkit kesalahan, semakin menimbulkan rasa tidak suka di hati kita. Makanya Syaikh Sa’di Rahimahullah mengatakan bahwa hendaknya suami itu banyak melupakan kekurangan dan kesalahan sang istri. Demikian juga sang istri hendaknya banyak melupakan atau  memaafkan kesalahan dan kekurangan suami.

Simak dan download mp3 kajian Islam Tentang Cara Mempertahankan Hubungan Rumah Tangga: Tidak Ada Yang Sempurna

Jangan lupa untuk turut serta berbagi link download ceramah Membina Rumah Tangga di media sosial yang Anda miliki, seperti facebook, twitter, google+, atau pun yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda dengan pahala berlimpah.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47914-cara-mempertahankan-hubungan-rumah-tangga-tidak-ada-yang-sempurna/